IPS BAB 9-12

IPS BAB 9 Interpretasi Peta Tentang Bentuk dan Pola Muka Bumi

by Unknown , at 19.19 , has 6 komentar
PEMANFAATAN PETA UNTUK
MENGETAHUI POLA DAN BENTUK
MUKA BUMI

A BENTUK-BENTUK MUKA BUMI PADA PETA
Pada dasarnya semua peta merupakan suatu media komunikasi grafis, artinya
informasi yang diberikan oleh peta adalah berupa gambar atau simbol. Maka dari itu
peranan suatu simbol pada peta sangatlah vital. Simbol peta adalah suatu tanda yang ada
di dalam peta untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
1. Interpretasi Simbol-Simbol pada Peta
Pada peta tematik, suatu simbol merupakan informasi pokok guna menunjukkan tema
suatu peta. Secara sederhana simbol dapat diartikan sebagai suatu gambar atau tanda yang
mempunyai makna atau arti. Agar dapat memahami simbol-simbol tersebut, kita perlu
menginterpretasikannya, maksudnya memahami simbol-simbol itu secara mendalam,
dalam hubungannya dengan simbol-simbol yang lain.
Berdasarkan bentuknya, beberapa macam simbol yang ada pada peta dikelompokkan
sebagai berikut.
a. Simbol Garis
Simbol garis digunakan untuk menunjukkan karakter ketampakan peta terutama yang
bersifat kualitatif. Simbol garis hanya dipakai sebagai tanda, misalnya simbol garis
menggambarkan jalan raya, jalan kereta api, sungai, dan batas administrasi. Simbol garis
juga dapat menggambarkan jumlah atau kuantitas fenomena tertentu. Dalam
penggambarannya digunakan isopleth, yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat
dengan data yang sama kuantumnya dan sama jenis datanya. Contoh: Tempat K ketinggiannya 200 m dpal
Tempat L ketinggiannya 200 m dpal
Tempat M ketinggiannya 200 m dpal
Tempat N ketinggiannya 200 m dpal
Apabila K, L, M dan N dihubungkan dengan suatu garis, maka garis tersebut disebut isopleth
(Isopleth ketinggian = contour).
Beberapa contoh isopleth adalah sebagai berikut.
1) Isotherm : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
temperatur udara sama.
2) Isohyse : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki daerah
sama.
3) Isogone: garis-garis di peta yang mneghubungkan tempat-tempat yang memiliki
deklinasi magnetic sama.
4) Isohyet : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki curah
hujan sama.
5) Isobar : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki tekanan
udara sama
6) Isobath : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
kedalaman laut sama.
b. Simbol Titik (dot)
Simbol titik merupakan simbol yang paling sederhana, bentuknya seperti titik. Namun
dot tidaklah diartikan sesempit itu, dot dikatakan adalah gambar yang dianggap tidak
berdimensi karena bentuknya yang sangat kecil. Bentuk dot antara lain : X, V, , , , ,
dan sebagainya.
Umumnya, dot selalu digambarkan dalam bentuk titik. Setiap dot akan mempunyai
nilai/harga tertentu. Sebagai suatu contoh dalam suatu peta tematik yang digambarkan
dengan dot, untuk persebaran penduduk setiap dot mewakili 50 orang. Jika penduduknya
1000 orang maka harus digambar 20 dot.
Persoalan yang sering muncul di dalam penggambaran dengan diagram dot adalah
mengenai seberapa besar ukuran dot dan bagaimana meletakkan dot.
Untuk menjawab ukuran dot yang pasti secara eksak tidak ada pedoman pasti, dot
ditentukan sendiri oleh penggambar peta, namun harus diingat bahwa unsur persebaran harus tampak. Sedangkan peletakan dot didasarkan pada persebaran wilayah. Maka
peranan peta topografi sangatlah menentukan, karena dalam peta topografi persebaran
wilayah dipetakan secara lengkap.
Contoh:


 Gambar 8.1 Persebaran pemukiman                          Gambar 8.2 Peta tematik persebaran penduduk di 
di desa “X”                                                                 desa "X"
Jumlah penduduk desa “X” Maka:
Dukuh A = 1000 orang Dukuh A = 10 dot
Dukuh B = 2000 orang B = 20 dot
Dukuh C = 3000 orang C = 30 dot
Ditentukan 1 dot 10 orang
Dalam peta tematik ini gambar kondisi permukiman di desa “K” dihapuskan sehingga
hanya dot saja.
c. Simbol Batang
Simbol batang (bar-graph) berbentuk seperti batang di mana panjang pendeknya batang
menunjukkan quantum data. Simbol batang paling tepat digunakan untuk menyatakan
perbandingan kuantitatif suatu fenomena dalam bentuk batang atau grafik. Penggambaran
bar, terikat dengan sumbu X dan sumbu Y seperti halnya diagram garis.
Ada dua macam simbol batang, yaitu simbol batang vertikal dan horizontal.
1) Simbol Batang Vertikal (Vertical Bar Graph)
Contoh: sebuah vertical bar graph yang menggambarkan perkembangan penduduk
di kota “M” tahun 2005 – 2007. Di sini terlihat bahwa perkembangan batang dapat terpisah
(seperti gambar) tetapi dapat pula dirapatkan satu sama lain.

Produksi beras di tiga kelurahan (P, Q, dan R) dari tahun 1992 sampai tahun 1995
(dalam ton).
2) Simbol Batang Horizontal (Horizontal Bar Graph)
Sebuah Horizontal Bar Grafik yang menggambarkan perkembangan produksi palawija
di desa “P” selama tahun 2006. Di sini sumbu X menunjukkan harga quantum, dan sumbu
Y menunjukkan jenis palawija yang dihasilkan. Apabila ditampilkan dalam penggambaran
peta tematik seperti gambar di bawah ini.

Produksi palawija di tiga desa (P, Q, dan R) pada tahun 2006 (dalam ton)
d. Garis Kontur dan Profil Topografi
1) Garis Kontur
a) Pengertian Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama, yang diukur dari suatu bidang pembanding tertentu. Bidang
pembanding ini yang dipakai umumnya adalah tinggi muka air laut rata-rata, dan ini
diambil dan disepakati sebagai titik dengan ketinggian nol.
Interval kontur adalah jarak vertikal antara dua garis k ontur yang berurutan.
Indeks kontur adalah garis kontur yang dicetak besar dalam peta, yang merupakan
kelipatan sepuluh dari interval kontur. Tetapi tidak selalu demikian, kadang-kadang
merupakan kelipatan lima, dalam peta garis ini diberi angka ketinggian.
b) Sifat-sifat garis kontur
Garis kontur pada prinsipnya adalah suatu perwujudan dari perpotongan antara
suatu benda dengan suatu bidang datar, yang dilihat dari atas. Maka garis kontur
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
(1) Garis kontur tidak pernah saling berpotongan, kecuali dalam keadaan ekstrim
seperti pada tebing yang menggantung.                                 
(2) Garis kontur akan merenggang                                       
kalau topografi landai dan merapat kalau curam                                                
(3) Garis kontur tidak akan bertemu
atau menyambung dengan garis
kontur yang bernilai lain.
(4) Pada lembah, garis kontur akan
meruncing kearah hulu.
Gambar 8.7 Garis kontur pada pulau
Sumber: www.ssg-surfer.com
c) Penentuan besarnya kontur-kontur
Besarnya interval ditentukan oleh:
(1) skala peta, makin besar skala peta,
interval konturnya makin kecil;
(2) variasi relief, makin besar variasi
relief, makin kecil intervalnya;
(3) tujuan khusus.
Perlu diketahui, makin kecil interval kontur, makin banyak detail yang diperlihatkan.
Tetapi dalam pemilihan besarnya, interval kontur tetap harus disesuaikan dengan
kebutuhan seberapa detail yang diperlihatkan.
Kalau tidak ada hal-hal yang khusus atau luar biasa, interval kontur biasanya diambil
sebesar 1/2000 dari skala peta. Misalnya peta yang berskala 1 : 25.000 akan mempunyai
interval kontur sebesar 12½ m.
a) Peraturan-peraturan dan cara-cara pembuatan garis kontur
Peraturan-peraturan garis kontur.
(1) Garis kontur selalu dibuat tertutup atau harus berakhir pada tepi peta.
(2) Kontur tertutup yang menunjukkan depresi harus dibedakan dengan kontur
tertutup yang menunjukkan bukit, yaitu dengan cara menambahkan garis-garis
gigi yang mengarah kearah depresi.
b) Cara pembuatan garis kontur.
(1) Cantumkan titik-titik ikat dengan harga ketinggiannya
(2) Hubungkan titik-titik yang tinggi dengan titik-titik yang lebih rendah di sekitarnya,
kemudian buatlah interpolasi sesuai dengan interval konturnya.
(3) Hubungkan titik-titik yang diperoleh dari hasil interpolasi, yang harganya sama,
dengan garis-garis.
(4) Kalau garis-garis kontur yang telah diperoleh memotong lembah, meskipun tidak
ada suatu harga ketinggian pada lembah tesebut, garis kontur tersebut kita buat,
meruncing ke hulu. Juga spasi kontur disesuaikan sesuai dengan bentukbentuk
lereng.
2) Pembuatan Profil Topografi
Pada suatu produl topografi, harus ada unsur-unsur berikut.
a) “Section Line”, yaitu garis yang menunjukkan arah profil tersebut dibuat, garis ini harus
ada pada peta.
b) “End Line”, yaitu garis vertikal yang membatasi sisi kiri dan kanan dari suatu profil.
Pada garis ini dicantumkan angka-angka ketinggian
c) “Base Line”, yaitu batas bawah dari suatu profil.
Karena itu suatu profil topografi mempunyai dua jenis skala, yaitu skala vertikal dan
horizontal. Skala horizontal umumnya selalu dibuat sama besarnya dengan skala peta.
Berdasarkan perbandingan kedua skala tersebut, dikenal:
a) Profil normal, yaitu profil yang skala vertikal sama dengan skala horizontal.
b) “Exaggerated Profile”, yaitu profil yang skala vertikalnya lebih besar dari skala horizontal.
Maksud dari pembuatan profil ini adalah agar relief topografi dapat tergambar dengan
jelas dan baik. Karena bila dibuat profil normal sering relief topografi kurang jelas.
Cara pembuatan profil.
a) Buat “Section Line” pada peta di tempat yang akan dibuat sayatannya.
b) Pada kertas lain, buat “End Line” dan “Base Line”. Panjang Base Line dibuat sesuai
dengan panjang sayatan yang akan dibuat. Panjang End Line disesuaikan dengan tinggi
relief maksimum, dan pada garis tersebut dicantumkan angka-angka ketinggian nol (muka laut), sebaiknya dibuat sedikit diatas Base Line.
c) Ambil sepotong kertas, kemudian letakkan disepanjang Section Line.
d) Tandai pada kertas tersebut, tempat-tempat yang berpotongan dengan garis kontur
e) Ambil kertas yang telah ditandai itu, dan letakkan di sepanjang Base Line dengan
kedudukan yang sama.
f) Proyeksikan titik-titik tersebut ke atas, sesuai dengan harga ketinggian garis kontur
yang diwakilinya
g) Hubungkan titik-titik hasil proyeksi tersebut
h) Berikan keterangan bila profil melewati puncak bukit atau sungai.




2. Bentuk-Bentuk Muka Bumi di Daratan dan Lautan
Bentuk muka bumi yang menjadi tempat tinggal manusia akan memberikan beberapa
kemungkinan sebagai penunjang kehidupan yang terdapat di wilayah tersebut. Berbagai
bentuk muka bumi sebagai akibat tenaga yang berasal dari dalam bumi disebut tenaga
endogen, sedangkan tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi disebut tenaga eksogen.
a. Bentuk-bentuk Muka Bumi di Daratan
Dari hasil tenaga endogen dan tenaga eksogen kita dapatkan bentuk-bentuk muka
bumi berupa daratan seperti berikut.
1) Pegunungan
Karena adanya pertumbukan dua lempeng litosfer maka akan terjadi suatu proses
pelipatan kulit bumi. Hal ini terbentuk karena kerak samudra menekan dengan arah
mendatar, sehingga pada kerak benua di beberapa wilayah terbentuk suatu pegunungan
lipatan. Jadi dapat kita pastikan bahwa pada setiap zona tumbukan dua lempeng jalurjalur
pegunungan yang memanjang. Contoh jalur-jalur pegunungan yang melewati
kawasan Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Pegunungan Sirkum Mediterian
Pegungan Sirkum Mediterian yang memanjang mulai dari pegunungan atlas (Afrika
Utara) yang bersambung dengan Pegunungan Alpen (Eropa Selatan) dan Pegunungan
Himalaya (Asia). Akhir jalur pegunungan tersebut berbelok ke selatan dan berangkai
dengan pegunungan lipatan di wilayah Indonesia. Pada kawasan Kepulauan Indonesia,
rangkaian jalur Pegunungan Sirkum Mediterian terbagai menjadi:
(1) Busur dalam
Busur dalam merupakan rangkaian pegunungan yang bersifatr vulkanis, artinya
selain merupakan rangkaian pegunungan lipatan juga merupakan kawasan
kegunungapian. Busur dalam membentang sepanjang Bukit Barisan (Sumatra)
rangkaian pegunungan vulkanis di Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau
Flores, Pulau Alor, Pulau Solor, Pulau Wetar, Kepulauan Banda, dan terakhir berhenti
di Pulau Saparua.
(2) Busur luar
Busur luar merupakan suatu rangkaian pegunungan nonvulkanis, namun
hanyalah sebuah deretan pegunungan lipatan. Busur luar kenampakannya ada yang
berada permukaan laut dan ada yang di bawah permukaan laut. Busur luar ini berawal
dari Pulau Simule, Pulau Nias, Kepulauan Mentawai, Pulau Enggano, tenggelam
sepanjang bagian selatan Pulau Jawa, muncul kembalai di Pulau Sawu, Pulau Roti,
Pulau Timor, Pulau Babar, Kepulauan Kai, Pulau Seram, dan terakhir berhenti di Pulau
Buru.
b) Jalur Pegunungan Lipatan Busur Australia (Busur Irian)
Deretan pegunungan ini diawali dari Pegunungan Alpen Australia lalu melewati Papua
lewat ekor Papua (Papua New Guinea) dan melewati kawasan utara Pantai Papua dan
terkahir berhenti di Pulau Halmahera serta kawasan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau
Halmahera.
c) Pegunungan Sirkum Pasifik
Deretan pegunungan ini bermula dari Pegunungan Andes (Benua Amerika Selatan)
lalu menyambung dengan Pegunungan Rocky (Benua Amerika Utara), kemudian berbelok
arah ke Kepulauan Jepang dan menyambung dengan pegunungan-pegunungan di
Kepulauan Filipina. Kemudian memasuki kawasan Indonesia jalur Pegunungan Sirkum
Pasifik ini bercabang dua.
(1) Cabang I, berawal dasri Pulau Luzon (Filipina Utara) menyambung dengan Pulau
Pahlawan (utara Kaliamntan) dan Kepulauan Sulu.
(2) Cabang II, berawal dari Pulau Luzon (Filipina Utara) menyambung ke Pulau Samar
lalu ke Pulau Mindanau (Filipina Selatan) terus ke Kepulauan Sangihe dan terakhir
di Pulau Sulawesi.
2) Gunung
Gunung adalah suatu jenis bentuk muka bumi yang terdiri dari lereng dan puncak.
Jika kelerengannya kurang dari 45O dinamakan gunung dengan kelerengan landai, jika
lebih dari 45O dinamakan gunung dengan kelerengan curam, dan jika kelerengan 90O
dinamakan tegak. Dilihat dari aktivitas vulkanisnya (tingkat intensitasnya) gunung dapat
dibedakan menjadi tiga jenis.
a) Gunung aktif, yaitu suatu gunungapi yang masih aktif melakukan kegiatan vulaknisme
hingga sekarang. Dicirikan dengan adanya asap pada bagian kawah, adanya gempa
tektonik di sekitar kawasan gunungapi tersebut, dan adannya letusan-letusan (erupsi)
secara berkala maupun periodik. Contoh: Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu,
Gunung Anak Krakatau, Gunung Tengger, dan Gunung Gamalama.
b) Gunung istirahat, yaitu gunungapi yang sudah tidak menunjukkan aktivitas
vulkanisme namun masih berpotensi untuk bangkit kembali untuk melakukan aktivitas
vulkanismenya. Contoh: Gunung Kelud, Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan
Gunung Ciremai.
c) Gunung mati, yaitu gunungapi yang sejak tahun 1600 sudah tidak menunjukkan tandatanda
aktivitas vulkanismenya lagi. Contoh: Gunung Patuha, Gunung Sindoro, Gunung
Sumbing, dan Gunung Maria.
Dalam membahas tentang rangkaian gunungapi yang ada di Indonesia dapat
dikategorikan menjadi lima kelompok.
a) Kumpulan Sunda, adalah kelompok gunungapi yang berawal di kawasan Sumatra,
Jawa, Bali, Sumba, dan Alor.
b) Kumpulan Banda, adalah kelompok gunungapi di dasar laut yang berasal dari
pemekaran dasar samudra, terletak di kawasan Laut Banda dan pulau kecil lainnya.
c) Kumpulan Halmahera, terdapat di kawasan Pulau Halmahera, berpusat di kawasan
tengah yaitu antara daerah Tobelo dan Makian. Contoh: Gunung Tidore dan Gunung
Maitara.
d) Kumpulan Bothain, terdapat di sebelah selatan Sulawesi, merupakan kompleks
gunungapi yang sudah tua jumlahnya banyak tetapi sudah tidak aktif lagi.
e) Kumpulan MInahasa dan Sangihe, adalah kelompo gunungapi yang aktif di Indonesia.
Contoh: Gunung Lokon dan Gunung Soputan.
Di Indonesia terdapat 400 gunungapi tetapi yang masih aktif hanya sekitar 80 buah
saja. Namun banyak pula gunungapi yang sudah dianggap mati, tetapi tiba-tiba
menunjukkan aktivitas vulkanisnya lagi. Tercatat letusan-letusan dahsyat di gunungapi
di Indonesia.
(1) Gunung Krakatau meletus tahun 1883
(2) Gunung Merapi meletus tahun 2005 (1930 terhebat)
(3) Gunung Kelud meletus tahun 1919
(4) Gunung Galunggung meletus tahun 1982
(5) Gunung Tambora meletus tahun 1815
(6) Gunung Agung meletus tahun 1962
3) Dataran
Berdasarkan ketinggiannya,dataran dibedakan seperti berikut.
a) Dataran rendah
Dataran rendah adalah daerah yang rendah dan landai. Pada umumnya ketinggian
daerah tersebut kurang dari 100 meter di atas permukaan laut. Dataran rendah dapat
berbentuk rata atau bergelombang lemah. Adapun jenis-jenis dataran rendah dari hasil
endapan adalah dataran alluvial, dataran banjir, dan dataran delta.
b) Dataran tinggi
Dataran tinggi adalah suatu daerah yang mempunyai ketinggian sama lebih tinggi
dari daerah sekitarnya dan terbentuk dari lapisan-lapisan batuan yang horizontal (disebut
juga plateau). Dalam pengertian geomorfologi (ilmu tentang bentuk muka bumi atau bentuk
landscape), plateau adalah suatu daerah yang mempunyai ketinggian sama sebagai akibat
adanya pengangkatan dan struktur batuannya horizontal dan berlapis-lapis.
Contoh dataran tinggi adalah Dataran Tinggi (Plateau) Wonosari (DIY), Plateau
Jampang (Jawa Barat), Plateau Bandung, Plateau Dieng (Jawa Tengah), Plateau Sentral
(Perancis), Plateau Australia Barat, Plateau Dekan, Plateau Gayo, Plateau Toba, Plateau
Ranah, Plateau Alas dan Plateau Malang.
c) Lembah
Lembah merupakan ledokan atau basin (daerah rendah) yang terletak di antara dua
pegunungan atau dua gunung. Lembah di daerah pegunungan lipatan disebut lembah
sinklinal. Lembah di pegunungan patahan disebut graben atau slenk, dan lembah di daerah
yang bergunung-gunung disebut lembah antarpegunungan. Jika lembah itu cekung seperti
mangkuk, disebut basin. Jadi, lembah adalah daerah yang mempunyai kedudukan lebih
rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Contohnya Lembah Serayu, Lembah
Sindoro Sumbing, Lembah Sianok, dan Basin Wonosari.
d) Cekungan
Cekungan adalah bentuk muka bumi yang membentuk ledokan (seperti mangkok).
Bagian yang rendah pada suatu cekungan disebut dasar cekungan, yang dikelilingi oleh
bagian pegunungan yang miring. Skala cekungan dari beberapa km hingga puluhan kilometer.
e) Lipatan (Fold)
Lipatan adalah suatu kenampakan yang diakibatkan oleh tekanan horizontal dan
tekanan vertikal pada kulit bumi yang plastik. Lipatan terjadi karena adanya tenaga
endeogen yang bekerja pada satu garis dalam lapisan sedimen dengan tekanan tangensial
(arah horizontal). Akibat tekanan tangensial terjadi pelengkungan pada lapisan sedimen.
Pada awalnya, tekanan in menyebabkan terbentuknya lipatan simetri/tegak. Lapisan yang
melengkung mungkin membentuk lipatan yang besar, punggung lipatan atau antiklinal
dan lembah lipatan atau sinklinal. Lembah sinklinal yang sangat luas disebut geosinklinal.
Daerah ladang minyak bumi di Indonesia umumnya terletak pada daerah geosinklinal
yang oleh J.H.F.Umgrove disebut idiogeosinklinal.
Beberapa tipe lipatan.
(1) Lipatan tegak/simetri (Symmetrical folds), yaitu suatu lipatan yang bidang sumbunya
mempunyai jarak yang sama terhadap kedua sayapnya atau lipatan yang bidang
sumbunya dapat membagi lipatan tersebut menjadi dua bagian yang sama.
(2) Lipatan miring (Asymmetrical folds), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama
atau tenaga radial lebih kecil daripada tenaga tangensial.
(3) Lipatan reban (overturned folds), yaitu lipatan reban ini terjadi karena arah tenaga horizontal
yang berasal dari satu arah atau dominan dari satu arah saja.
(4) Lipatan kelopak, adalah lipatan yang mempunyai bidang aksial rebah dan horizontal.
(5) Lipatan isoklinal, adalah lipatan yang terjadi secara intensif, di mana dalam jarak yang
sangat dekat terdapat banyak sekali antiklin.
f) Patahan (Fault)
Patahan adalah kulit bumi yang patah atau retak karena adanya pengaruh tenaga
horizontal dan atau tenaga vertikal pada kulit bumi yang tidak plastis. Daerah retakan
seringkali mempunyai bagian-bagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, berubah dari
keadaan semula, kadang bergeser pula dengan arah mendatar, bahkan mungkin setelah
terjadi retakan bagian-bagiannya tetap di tempat.
Tenaga endogen yang bekerja pada kulit bumi secara horizontal dan vertikal dapat
menyebabkan lapisan kulit bumi menjadi retak atau patah. Bidang tempat retak atau
patahnya kulit bumi itu disebut bidang patahan. Bidang patahan yang telah mengalami
pergeseran disebut fault atau sesar.
Pergeseran di daerah patahan mungkin vertikal, mungkin mendatar, mungkin pula
miring, bergantung kepada arah tenaga penyebabnya. Penyebabnya dapat berupa tarikan,
artinya dua tenaga yang saling menjauh, mungkin juga berupa tekanan.
Gambar 8.8 (A) Sesar dekstral (B) Sesar
sinistral
Beberapa jenis sesar, antara lain adalah sebagai berikut.
(1) Sesar mendatar, yaitu sesar yang tegak lurus
dengan pergeseran horizontal walaupun ada
sedikit gerak vertikal.
(2) Sesar naik dan sesar turun. Apabila gejala
pensesaran yang atap sesarnya bergeser relatif                                                                  
turun terhadap alas sesar disebut sesar turun/
sesar normal/sesar biasa. Gejala pensesaran
yang atap sesarnya seakan-akan bergerak
ke atas (vertikal) disebut sesar naik/reverse faults atau thrust. Jika jarak pergeseran
itu sangat kecil sehingga seakan-akan belum terjadi patahan, akan terbentuk sebuah
kedik yang disebut fleksur.
(3) Graben dan horst, yaitu sebuah jalur batuan yang terletak di antara dua bidang sesar
yang hampir sejajar dan panjang. Bagian yang meninggal atau muncul terhadap daerah
Gambar 8.9 Horst dan Graben sadium dewasa
sekitarnya disebut horst/pematang/lurah sesar/sembul.
Di Indonesia terdapat juga gejala horst dan graben, misalnya di Semangko (Sumatra)
dan Piyungan (Yogyakarta). Lembah Rhein adalah contoh graben yang terkenal di Eropa Barat, sedangkan Vogezen dan Schwarzwald merupakan horstnya. Graben di
Afrika Timur dikenal dengan nama Graben Afrika Timur. Lembah Jordan dan Laut
Mati juga merupakan graben, sedangkan Dataran Tinggi Judea dan Trans Jordania
sebagai horstnya.
Gambar 8.10 Block mountain
Sumber: www.um-tokyo.ac.jp
(4) Pegunungan patahan (Block Montain)
Block Mountain timbul akibat dari tenaga endogen
berbentuk retakan-retakan di suatu daerah, ada yang naik,
ada yang turun, dan ada pula yang bergerak miring
sehingga terjadilah satu komplek pegunungan patahan
yang terdiri atas balok-balok litosfer yang disebut dengan
block mountain.
(5) Sesar tangga (Step Faulting)
Gambar 8.11 Macam patahan yang
membentuk step faulting
Sumber: Katili dan Marks (1963)
Seperangkat gejala sesar turun dengan arah lemparan
yang sama disebut step faulting. Step faulting ialah sesar
bentuk tangga. Sebuah pegunungan yang mengandung
banyak patahan disebut kompleks pegunungan patahan.
b. Bentuk-Bentuk Muka Bumi di Dasar Laut
Perbedaan tinggi rendahnya dasar laut disebut relief
dasar laut. Oleh karena itu, dasar laut yang tinggi
menyebabkan laut tidak dalam. Bila dasar laut rendah,
maka laut menjadi dalam. Dahulu orang menduga bahwa
relief dasar laut merupakan relief homogen yang terdiri atas dataran dengan relief yang
lemah. Akan tetapi, dengan perkembangan ilmu geologi submarine, makin banyak dikenal
relief dasar laut yang sebenarnya.
Lautan di Indonesia mempunyai kedalaman yang berbeda-beda. Ada yang dalamnya
kurang dari 200 meter, misalnya laut-laut yang terletak di Dangkalan Sunda seperti laut
Jawa, Laut Cina Selatan, dan di Dangkalan Sahul seperti Laut Arafuru. Ada yang dalamnya
mencapai ribuan meter, yaitu laut-laut yang terletak di laut Tengah Australia-Asia yang
terletak di antara dua dangkan tersebut, seperti Laut Banda, Laut Flores, Laut Seram, Laut
Maluku, Laut Sulawesi, Laut Makassar dan sebagainya. Juga lautan Indonesia yang terletak
di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa dalam sekali. Diduga dalamnya lebih
dari 3000 meter. Trog Sunda yang terletak di selatan Pulau Jawa dalamnya mencapai 7.000
meter.
Relief dasar laut sangat beraneka ragam, antara lain sebagai berikut.
1) Dangkalan (Shelf)
Shelf, yaitu bagian dari benua dengan lereng yang tidak begitu curam. Letaknya di
dekat pantai atau di tepi benua dan tergenang air laut kurang dari 200 meter. Shelf ialah
relief dasar laut paling tepi, yang mengalami penurunan landai mulai dari pantai ke arah
tengah lautan, kemiringan ke arah laut umumnya kurang dari satu derajat. Di beberapa
lembah sungai, shelf ini merupakan bukti bahwa suatu ketika shelf ini merupakan massa
daratan yang kemudian tenggelam.
Lebar dangkalan antara 0 sampai 1.200 km terhitung dari garis pantai. Dangkalan
yang luas terdapat di bagian barat Indonesia (Dangkalan Sunda), bagian timur Indonesia
(Dangkalan Sahul), Dangkalan Laut Utara (antara Inggris dengan daratan Eropa),
Dangkalan Korea (Laut Kuning), dan Dangkalan Laut Barents (Pantai Arktik Eropa).
Keberadaan shelf sangat penting untuk perikanan, sebab syarat hidup ikan dan plankton terpenuhi, antara lain:
a) Sinar matahari dapat menembus sampai kedalaman 200 m.
b) Plankton adalah makanan utama untuk ikan-ikan.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar laut Jawa dalamnya tidak lebih dari 60 meter
bahkan ada yang hanya 20 meter.
2) The Deep
The deep adalah dasar laut yang menjorok ke bawah sehingga letaknya lebih rendah
daripada daerah sekitarnya. Kedalaman the deep ini mencapai ribuan meter. Sesuai dengan
bentuknya, the deep dibedakan mejadi dua macam, yaitu palung laut dan basin.
a) Palung Laut (Trog)
Palung laut ialah lembah yang dalam, sempit, dan memanjang di dasar laut.
Tepinya atau tebingnya sangat curam, ini terjadi karena lipatan kulit bumi atau patahan
kulit bumi, misalnya: Trog Sunda di selatan Pulau Jawa (dalamnya 7.450 m), Trog
Mindanau sebelah timur Pilipina (dalamnya 10.830 m), Trog Puerto Rico (dalamnya
9.175 m) dan Palung Bartlet (dalamnya 7.204 m)
b) Basin (Lubuk Laut atau Ledok Laut)
Bentuk basin membulat atau agak memanjang, potongan melintangnya berbentuk
huruf U karena memiliki tebing yang curam dan dasar yang mendatar, misalnya: lubuk
laut di Eropa Barat, Canary, Cape Verde, New Foundland, Carribea, Mediterania, Teluk
Mexico. Contoh di Indonesia, misalnya: Lubuk Laut Sulu (5.000 m), Lubuk Laut
Halmahera (2.030 m), Lubu Laut Sulawesi (6.220 m), Lubuk Laut Aru (3.680 m),
Lubuk laut Sangihe (3.820 m)
3) Punggung Laut dan Ambang Laut (Drempel)
Punggung laut ialah pegunungan di dasar laut yang punggungnya muncul di atas
permukaan laut. Dua punggung pegunungan yang sejajar serta membelok dari Kepulauan
Nusa Tenggara ke Maluku yaitu Punggung Laut Siboga.
a) Punggung laut yang membentuk dari Pulau Wetar sampai ke Kepulauan Banda disebut
Kepulauan Barat Daya.
b) Punggung laut yang membentuk dari Kepulauan Leti sampai Pulau Seram disebut
Kepulauan Selatan Daya.
Jika punggung laut tersebut tidak sampai ke
atas permukaan laut disebut ambang laut. Baik
punggung laut maupun ambang laut
memisahkan dua laut yang dalam. Biasanya
ambang laut itu mempengaruhi suhu dan kadar
garam terutama di dasar laut.
Contohnya: Ambang Laut Sulu (400 m), Ambang Laut Sulawesi (1.400 m), Ambang Laut
Halmahera (700 m), Ambang laut Aru (1.480 m), Ambang Laut Sangihe (2.050 m).
4) Gunung Laut (Seamounts)
Gunung laut ialah gunung yang kakinya mulai dari
dasar laut, kadang-kadang puncaknya tinggi menjulang di
atas permukaan air laut seperti Gunung Krakatau di Selat
Sunda. Tetapi ada juga yang puncaknya di bawah
permukaan laut, misalnya : gunung api yang terdapat di
Laut Banda.
5) Plato Submarin
Plato submarin adalah bentukan positif yang
mempunyai puncak relatif datar. Contoh Plato Albatros di
Samudra Pasifik, Plato Seychelles di Samudra Hindia, dan Plato Azores di Samudra Atlantik
Utara.
6) Punggungan (Ridge)
Punggungan (ridge) bentuknya positif mempunyai lerang yang curam, memanjang
dan sempit serta bertopografi kasar, hampir serupa dengan gunung-gunung di daratan,
contohnya : puncak sistem ridge di tengah-tengah samudera Atlantik yang tingginya
mencapai 1 – 4 km di atas dsaar laut yang memanjang dari Pulau Iceland sampai Tanjung
Harapan.
7) Cembungan (Rise atau Swell)
Cembungan (rise atau swell) adalah bentukan positif dengan ukuran panjang dan lebar
(luas), lebih tinggi dari dasar laut rata-rata di sekitarnya. Contohnya swell Hawaii yang
mencembung dengan halus, panjangnya 3.500 km dan lebarnya 1.000 km. Di atasnya
tumbuh kubah vulkan tempat Pulau Hawaii berdiri.
8) Lereng Kontinen
Lereng kontinen adalah bidang miring yang membatasi
dangkalan kontinen. Kemiringannya antara 1O sampai 25O, mulai dari tepi dangkalan benua ke arah laut lepas, mulai  dari kedalaman 200 meter sampai 1.800 meter. Melihat bukti  Relief dasar S. Pasifik Sumber: www.divediscovery.whoi.edu
yang mendukung, proses terjadinya lereng kontinen itu
sebagai hasil sedimentasi dan sebagai sesar.
9) Laut Dalam
Laut dalam adalah laut yang dalamnya lebih dari 200
m. di Indonesia ada beberapa laut dalam, misalnya Laut
Banda, Lautan Indonesia.
10) Lantai suatu Lautan
Lantai dari lautan kebanyakan tertutup lapisan sedimen atau endapan. Cekungancekungan,
serta bentuk penonjolan yang ada pada dasar lautan tertutup oleh endapanendapan.
11) Bendul Laut
Bendul laut adalah gunung-gunung kecil di dasar laut. Apabila gunung tersebut tinggi
dan tersembul di permukaan air laut dinamakan pulau (Pulau Oceanis).
12) Pantai
Perbatasan antara daratan dan lautan dinamakan pantai. Bentuk daratan di pantai
mengalami perubahan akibat sedimentasi dari darat maupun dari laut atau akibat pengikisan air laut.
Ada beberapa bentukan permukaan bumi di pantai, antara lain sebagai berikut.
(a) Tanjung
Tanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Jika menjoroknya sangat jauh,
disebut semenanjung. Tanjung sering disebut dengan ujung. Contohnya Tanjung Cina,
Ujung Wetan (Blambangan), Ujung Kulon, Tanjung Kerawang, Tanjung Harapan, dan
Semenanjung Malaka.
(b) Teluk
Teluk adalah bagian laut yang masuk ke arah darat. Contohnya Teluk Penyu, Teluk
Baron, Teluk Jakarta, Teluk Persi, dan Teluk Donggala.
(c) Cliff
Cliff yaitu pantai yang curam atau terjal. Terjadinya karena daerah itu pernah
mengalami pengangkatan sehingga terjadi perbedaan yang besar antara daratan dan
laut. Pantai cliff merupakan tempat yang sangat baik untuk bersarang burung-burung
wallet. Sarang burung wallet ini harganya cukup mahal. Contohnya pantai cliff di
daerah Parangtritis, Rongkop (DIY), dan Karangbolong (Jawa Tengah).
(d) Pantai Berteras atau Pantai Bertingkat
Pantai berteras atau pantai bertingkat adalah pantai yang terjadi akibat daerah itu
mengalami pengangkatan berkali-kali.
(e) Tombolo
Tombolo adalah suatu hasil endapan material pasir dan kerikil yang menghubungkan
suatu pulau kecil pada pantai yang dangkal dengan daratan.
(f) Nehrung
Nehrung adalah suatu endapan material pasir dan kerikil, yang diendapkan oleh air
laut di pantai dangkal, sehingga merupakan dinding pemisah antara laut dengan darat.
Jadi merupakan beting pantai yang memisahkan antara daratan dan laut.
(g) Pulau Karang
Pulau karang atau pulau koral ialah pulau yang terbentuk dari koloni binatang yang
hanya dapat hidup pada temperatur dan kedalaman laut tertentu.
Contoh pulau karang ialah Kepulauan Tukang Besi di Sulawesi Selatan dan Kepulauan
Seribu di Teluk Jakarta. Cincin besar yang terbentuk dari beberapa pulau karang yang
berkelompok dinamakan atol, misalnya Pulau Macan di Indonesia. Laguna ialah bagian
dari laut dangkal yang terdapat di tengah-tengah atol. Menurut teori yang
dikemukakan oleh Charles Darwin, atol terjadi akibat pulau yang tenggelam secara
perlahan-lahan.

B POLA DAN BENTUK OBJEK GEOGRAFI
Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan
kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara manusia dengan
lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
1. Identifikasi Objek Studi Geografi
Studi geografi meliputi gejala alam atau fisik dan gejala insani atau sosial. Oleh karena
itu, secara garis besar geografi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu geografi fisis (physical
geography) dan geografi manusia (human geography). Geografi fisis mempelajari aspekaspek
fisik, misalnya batuan, mineral, relief muka bumi, cuaca dan iklim, air, tumbuhan,
serta hewan. Geografi sosial mempelajari aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya Jadi sasaran atau kajian studi ilmu geografi adalah semua fenomena yang terjadi di
permukaan bumi (fenomena geosfer) baik yang bersifat alami maupun fenomena sosial
budaya. Geografi melakukan pendekatan pada objek-objek studinya melalui dua
pendekatan.
a. Pendekatan Topikal (Topical Geography)
Apabila menggunakan pendekatan topical, harus dikaji variabel atau rangkaian antara
sesama aspek fisik. Variabel yang berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lainnya
kemudian dikaji tentang faktor mana yang mempengaruhi pola keruangan (persebarannya),
pola distribusi di mana terjadi keterkaitan antara dua variabel atau lebih.
Contoh : antara aspek fisik dan aspek sosial, misalnya hubungan antara bentuk lahan dengan
kepadatan permukaan dan ketersediaan utilitas.
b. Pendekatan Region
Bumi telah terbagi-bagi dalam beberapa wilayah (region), di mana tiap region akan
mempunyai sifat-sifat khas yang tertentu pula.
Contoh: antara aspek manusia dengan aspek fisik, misalnya keterkaitan penerapan sistem
berladang oleh petani dengan tingkat kesuburan tanah.
2. Gejala Geografi dalam Kehidupan
Beberapa gejala alam yang mempengaruhi kehidupan manusia antara lain iklim, gempa
bumi, vulkanisme, dan bentuk medan atau bentuk permukaan bumi. Masing-masing gejala
alam itu mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kehidupan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita jumpai berbagai gejala geosfer antara lain
sebagai berikut.
a. Musim penghujan dan musin kemarau sangat berpengaruh terhadap hidup atau
matinya tanaman semusim. Selanjutnya hal ini mempengaruhi aktivitas petani. Pada
musim kemarau, petani menanam palawija dan pada musim penghujan petani
menanam padi.
b. Turunnya satwa dan keringnya mata air di kawasan gunung api menandakan akan
terjadinya peningkatan aktivitas vulkanisme (gunung api akan meletus)
c. Naiknya atau turunnya permukaan air sumur tiba-tiba yang sepintas kilas tidak tampak
terkait langsung dengan gempa bumi
d. Pengaruh bentukan muka bumi (relief) terhadap pola-pola permukiman penduduk
e. Pengaruh persebaran jenis tanah, terkait erat dengan jenis tanaman yang ditanam
f. Pengaruh angin darat dan angin laut terhadap aktivitas penangkapan ikan laut oleh para nelayan tradisional.
Dalam memandang gejala-gejala alam yang ada, geografi membagi dalam beberapa
kajian yang ada, yaitu sebagai berikut.
a. Kajian litosfer, antara lain mempelajari tentang bentuk-bentuk permukaan bumi,
proses-proses yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk permukan bumi,
pengorganisasian wilayah di daratan, perairan, dan di udara.
b. Kajian hidrosfer meliputi jumlah, mutu, persebaran, dan peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan air.
c. Kajian atmosfer meliputi cuaca dan iklim.
d. Kajian biosfer meliputi sejarah, pertumbuhan, dan persebaran kehidupan.
e. Kajian antroposfer meliputi jumlah dan persebaran serta bentuk-bentuk hubungan
timbal balik antara manusia dan lingkungannya.
Sedangkan lingkungan kemanusiaan selalu mengalami perubahan yang bersifat kreatif
dan berkembang secara cepat. Adapun lingkungan di sini meliputi lingkungan sosial,
budidaya, bentang lahan dan masyarakatnya. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu
yang meliputi faktor-faktor kebiasaan, kepercayaan, tradisi dan hukum yang berlaku.
Bentang lahan budidaya adalah segala sesuatu yang meliputi hutan buatan, perkebunan,
persawahan, peternakan dan segala sesuatu buatan manusia.
3. Keterkaitan antara Corak Kehidupan dan Kegiatan Ekonomi Penduduk dengan Bentuk
Muka Bumi
Bentuk muka bumi memperlihatkan kenampakan (dataran pantai, dataran rendah,
dataran tinggi, dan kawasan pegunungan) hal ini diakibatkan oleh aktivitas tenaga eksogen
dan endogen yang bekerja di bumi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa seluruh aktivitas
kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh bentu-bentuk muka bumi di mana mereka berada (bermukim) baik meliputi corak kehidupan dan kegiatan ekonomisnya.
Di bawah ini akan dijabarkan tentang beberapa corak kehidupan di berbagai daerah
yang bentuk-bentuk muka buminya berbeda-beda.
a. Kaitan Corak Kehidupan Penduduk dengan Bentuk Muka Bumi
Keberadaan bentuk muka bumi yang beragam dapt menimbulkan keragaman corak
kehidupan penduduk yang ada. Namun juga bisa terjadi pada suatu bentuk muka bumi
yang sama, namun faktor-faktor fisik yang lain berbeda, corak kehidupan penduduknya
pun jadi berbeda pula. Sebagai gambaran adanya keragaman corak kehidupan yang timbul
akibat adanya pengaruh bentuk muka bumi yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
1) Corak Kehidupan Penduduk di Dataran Pantai
Kehidupan penduduk di kawasan dataran pantai meskipun sama-sama tinggal di tepi
pantai pun akan berbeda-beda. Sebagai contoh, corak kehidupan penduduk yang tinggal
di tepi pantai yang curam dan berombak besar akan berbeda dengan corak kehidupan
penduduk di tepi pantai yang landai dan ombak lautnya yang tenang.
Oleh sebab itu kawasan pantai utara Jawa yang relatif landai dan ombaknya tenang
relatif dikembangkan sebagai sawah pasang surut, tambak ikan dan udang, juga
berkembang dermaga-dermaga baik kecil dan sedang, bahkan berkembang pelabuhanpelabuhan
besar (Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Mas).
Sedangkan di kawasan Pantai Selatan Jawa dengan kondisi ombak yang besar dan
kawasan pantai yang berdinding terjal sulit dikembangkan sebagai kawasan pelabuahn
atau dermaga. Kondisi laut dan perairan yang relatif lebih menantang di kawasan pantai
Jawa bagian utara juga membawa konsekuensi sebagai berikut.
a) Rata-rata para nelayan di Jawa selatan memiliki keberanian yang tinggi dalam
mengarungi samudra yang lebih berbahaya daripada laut Jawa yang relatif tenang di
Jawa bagian utara.
b) Perahu-perahu nelayan di kawasan pantai selatan Jawa rata-rata baknya lebih lancip
dan panjang, bercadik, dan dilengkapi dengan layar yang relatif lebih kecil. Sedangkan
perahu-perahu nelayan di kawasan pantai utara Jawa ukuranya relatif besar, tanpa
cadik, dan ukuran layarnya juga besar.
2) Corak Kehidupan Penduduk di Dataran Rendah
Wilayah dataran rendah adalah meliputi daerah pantai sampai pada ketinggian sekitar
700 meter di atas permukaan laut merupakan suatu kawasan konsentrasi penduduk, hal
ini diakibatkan sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan bisa dimaksimalkan
untuk dikembangkan di wilayah dataran rendah.
Bentuk wilayah yang relatif datar juga dimungkinkan untuk pengemban prasarana
transportasi berupa jalan raya dan jalan kereta api secara optimal, sehingga di kawasan
dataran rendah aktivitas perekonomian penduduk dapat berjalan lancar. Oleh karena itu
kota-kota yang ada di Indonesia lengkap dengan segala fasilitas sosial seperti pusat
perbelanjaan, pusat pemerintahan sarana pendidikan yang lebih banyak di dataran rendah.
Wilayah dataran rendah cukup potensial dilihat dari sektor pertanian, transportasi,
pemukiman, dan perindustrian. Tentu saja potensi ini akan lebih baik jika diikuti kondisi
cuaca dan iklim serta kualitas tanah yang baik. Corak kehidupan penduduk (pemukiman)
adalah bercorak memusat.
3) Corak Kehidupan Penduduk di Dataran Tinggi
Dataran tinggi umumnya merupakan wialayah yang beriklim sejuk dengan cadangan
air yang sudah banyak berkurang. Rumah-rumah terbuat dari kayu-kayu keras, bambu,
ataupun batu-bata. Dipakai bahan-bahan tersebut adalah untuk menghindari pengaruh
iklim yang perbedaannya sangat menyolok terutama pada kawasan pedalaman.
Namun pada dataran tinggi tanaman budidayanya akan berbeda-beda tergantung pada
iklim, cuaca setempat, jenis tanaman setempat, dan ketersediaan transportasi. Corak
pemukiman di dataran tinggi tidak lagi memusat seperti dataran rendah, tetapi sudah
mulai terpencar mendekati lahan-lahan pertanian mereka. Metode terasering sering
diterapkan oleh penduduk untuk menghindari kerusakan lahan pertanian akibat erosi,
sehingga laju aliran air yang dapat mengikis lapisan tanah dapat dikurangi.
4) Corak Kehidupan Penduduk di Daerah Pegunungan
Daerah pegunungan mempunyai corak kehidupan penduduknya yang khas.
Persediaan air yang relatif sedikit membuat terjadinya konsentrasi pemukiman penduduk
pada lembah-lembah dan alur sungai. Hal ini terjadi karena penduduk berusaha agar
memperoleh sumber air yang relatif lebih mudah didapat di daerah tersebut. Ladang-ladang
yang diusahakan penduduk biasanya terletak di daerah lembah pegunungan.
Sungai-sungai yang ada dipergunakan untuk keperluan sehari-hari (MCK) dan tidak
dipergunakan untuk budidaya karena arusnya deras dan erosinya berkembang secara
intensif. Kesulitan yang paling berpengaruh di kawasan ini adalah dari segi transportasi,
keadaan jalan yang tidak rata, naik turun, dan sempit yang menyebabkan hubungan antara
dua buah desa jadi terhambat.
b. Kaitan Kegiatan Ekonomi Penduduk dengan Bentuk Muka Bumi
Tidak hanya corak kehidupan penduduk saja yang dipengaruhi oleh bentuk muka
bumi namun juga meliputi kegiatan ekonomi penduduknya. Untuk lebih jelasnya akan
diterangkan keterkaitan kegiatan ekonomi penduduk dengan bentuk muka bumi berikut.
1) Kegiatan Penduduk di Dataran Pantai
Untuk kawasan pantai dengan ombak dan arus yang besar (kawasan pantai selatan
Jawa) serta pantai yang berdinding curam menyebabkan aktivitas perikanan dan melaut
tidak berkembang seperti di kawasan pantai yang landai dengan gelombang yang relatif
tenag (kawasan pantai utara Jawa). Oleh karena itu di kawasan pantai dengan ombak dan
arus yang besar mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan hanya untuk pekerjaan
sampingan, sedangkan pekerjaan utamanya adalah bertani dan berkebun. Mereka hanya
melaut pada saat-saat tertentu di mana gelombang laut tidak begitu tinggi.
Sedangkan di kawasan pantai dengan relief landai dan gelombang yang tenang, mata
pencaharian nelayan adalah merupakan pekerjaan utama. Pekerjaan sampingan mereka
adalah sebagai petani garam dan perikanan tambak (udang dan bandeng). Kawasan dataran
pantai juga merupakan kawasan yang cocok untuk dijadikan areal perkebunan kelapa serta
pisang, sebab tanaman tersebut dapat tumbuh subur dengan suhu udara tinggi.
Kawasan pantai biasanya memiliki pemandangan yang indah dan dapat dikembangkan
untuk pariwisata bahari. Contoh wilayah dataran pantai yang dikembangkan sebagai
kawasan wisata bahari.
a) Pantai Parangtritis di Yogyakarta
b) Pantai Teleng Ria di Teluk Pacitan Jawa Timur
c) Pantai Ancol Binaria di Kepulauan Seribu di DKI Jakarta
d) Pantai Pelabuhan Ratu di Jawa Barat
e) Pantai Anyer dan Pangandaran di Jawa Barat
Di wilayah kawasan wisata bahari inilah penduduk setempat seringkali
mengembangkan industri kerajinan rakyat sebagai cindera mata bagi para wisatawan,
membuka restoran, membuka hotel dan penginapan.
2) Kegiatan Ekonomi Penduduk di Dataran Rendah
Daerah dataran rendah memiliki cadangan air yang cukup serta didukung oleh iklim
yang cocok adalah merupakan potensi alam yang sangat membantu untuk dapat
dikembangkan menjadi kawasan pertanian, khussunya sawah dengan irigasi teknis. Kondisi
semacam ini sesuai dengan kondisi penduduk Indonesia yang agraris, contohnya di daerah
Cikampek, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Subang, dan Indramayu yang merupakan
kawasan lumbung padi di Pulau Jawa yang terdapat di dataran rendah.
Selain dikembangkan sebagai pertanian (khususnya padi) kawasan dataran rendah
juga dikembangkan sebagai kawasan perkebunan tebu (bahan utama untuk membuat gula
pasir) yang diusahakan dalam jumlah besar. Contoh perkebunan tebu yang ada di Jawa
Tengah (Pemalang, Brebes, Tegal, Pekalongan), di Jawa Timur di daerah Jatiroto, dan di
Jawa Barat terdapat di daerah Cirebon.
3) Kegiatan Ekonomi Penduduk di Dataran Tinggi
Dengan mengandalkan iklim sejuk dan memperhatikan jumlah cadangan air yang
semakin berkurang, maka sistem pertanian yang diusahakan adalah sistem pertanian lahan
kering dan hortikultura, seperti buah-buahan, sayur mayur, dan tanaman hias. Budidaya
perkebunan khas di dataran tinggi adalah tanaman karet dan kopi.
Karena keterbatasan air, maka areal sawah yang diusahakan adalah jenis sawah tadah
hujan yang penggarapannya tergantung dari curah hujan atau pun sistem ladang (huma)
dengan jenis padi gebug/padi gogo.
4) Kegiatan Ekonomi Penduduk di Kawasan Pegunungan
Pemerintah memanfaatkan kawasan pegunungan ini untuk areal hutan (baik hutan
lindung maupun hutan produksi). Hutan produksi adalah jenis hutan yang dibudidayakan
untuk keperluan-keperluan ekonomis dan sekaligus menjaga kelestarian hidup. Sedangkan
hutan lindung adalah jenis hutan yang berfungsi untuk menjaga kelestarian hidup saja. Di
Indonesia jenis kayu yang ditanam pada kawasan hutan lindung adalah pinus, meranti,
dan albozia (sengon).
Sedangkan untuk kawasan perkebunan kawasan pegunungan dibudidayakan tanaman
teh dan kina. Banyak penduduk di kawasan-kawasan perkebunan bekerja sebagai buruh
perkebunan. Contoh: perkebunan teh di kawasan puncak di daerah Bogor, Jawa Barat yang buruh pemetiknya adalah penduduk di sekitar perkebunan teh tersebut.
IPS BAB 9 Interpretasi Peta Tentang Bentuk dan Pola Muka Bumi
About
IPS BAB 9 Interpretasi Peta Tentang Bentuk dan Pola Muka Bumi - written by Unknown , published at 19.19 . And has 6 komentar
Previous Posting Lebih Baru
6 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply

Blogroll

Copyright ©2013 IPS BAB 9-12 by
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger